Ranu Grati atau Danau
Grati terletak di antara 3 desa yaitu desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan,
dan Desa Gratitunon, kecamatan Grati. Dengan luas 198 hektar, ranu Grati terletak
tidak jauh di sebelah selatan pantai utara, diantara ruas jalan Pasuruan -
Probolinggo.
Sejak tahun 2000,
Pemerintah Kabupaten Pasuruan telah dengan gencar memperkenalkan wisata ranu
Grati sebagai ajang banyak kegiatan seperti Lomba Olahraga Air tingkat
Jawa-Bali. Untuk menuju ke Ranu Grati, dapat ditempuh sekitar 30 menit dari
kota Pasuruan, dan 90 menit dari Probolinggo.
Letak geografi
Kabupaten Pasuruan antara 112 0 33` 55” hingga 113 30` 37” Bujur Timur dan
antara 70 32` 34” hingga 80 30` 20” Lintang Selatan dengan batas – batas
wilayah:
Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura.
Selatan : Kabupaten
Malang
Timur : Kabupaten Probolinggo
Barat : Kabupaten Mojokerto
Geologi dan Geomorfologi
Ranu grati merupakan
danau vulkanik, ketika magma tidak mampu menerobos melalui jalan keluarnya maka
magma berusaha mencari jalan lain, penerobosan magma kemudian membuat batuan di
atasnya melting (melebur) otomatis hasil melting batuan membuat batuan ambles
sehingga membentuk cekungan, ternyata setelah melting magma tersebut tidak
sampai membentuk gunung dan tetap membentuk cekungan, cekungan tersebut
kemudian terisi oleh air sehingga menjadi danau grati tau ranu grati yang kita
kenal selama ini.
Iklim / Cuaca
Kecamatan Grati
mempunyai wilayah geografis berupa dataran rendah, dengan rata-rata ketinggian
0 - 100 m dari permukaan air laut. Terbentang pada 7,30’- 8,30’ Lintang Selatan
dan 112°30’ - 113°30’ Bujur Timur. Lokasi Kecamatan Grati di Kabupaten Pasuruan
berada di sekitar Garis Khatulistiwa, maka seperti daerah yang lain di
Kabupaten Pasuruan mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya,
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan Kecamatan Grati setiap
tahunnya sebesar 1.195 mm.
Kabupaten Pasuruan pada
umumnya beriklim tropis, dengan klasifikasi Schimdt dan Fergusan. Sebagian
besar kecamatan tipe iklim C dan selebihnya tipe B. Temperatur sebagian besar
wilayah antara 240 – 320 C, sedangkan untuk wilayah diatas 2.770 meter
temperature terendah mencapai 50 C utamanya Kecamatan Tosari. Variasi curah
hujan rata – rata dibawah 1.500-2500 mm. Angin Barat dan Timur kecepatan rata –
rata 12 – 30 knot.
Penggunaan Lahan
Lahan di sini hanya ditanami pepohonan untuk penyejuk karena memang cuaca
di daerah itu panas sedangkan ranu grati adalah tempat pariwisata sehingga
perlu adanya tanaman penyejuk untuk kenyamanan penyejuk.
Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian di tempat itu yang kami temukan adalah tempat
penyewaan alat-alat pancing karena ranu grati banyak dipakai pengunjung untuk
memancing. Di samping ranu grati ada dam yang di tempat itu banyak digunakan
anak kecil untuk bermain air sehingga membuka peluang usaha bagi masyarakat
sekitar untuk membuka tempat penyewaan ban, membuka warung yang menjual
snack-snack untuk anak kecil, dll.
Potensi Bencana
Ranu ini hanya
digunakan sebagai tempat pemancingan dan kerambah yang digunakan masyarakat sekitar
hanya pada bagian tepi.
Gambar 1.1 Aktivitas pemancingan hanya di bagian tepi, tidak ada aktivitas
di tengah ranu
Pemerintah setempat
tidak berani mengembangkan ranu tersebut sebagi tempat wisata dikarenakan
mengandung resiko yang akan memakan korban hal ini disebabkan pada bagian
tengah ranu kemungkinan kedalaman lebih dari 200 m dan profil ranunya pun tidak
mudah untuk diprediksi kedalamannya.
Selain itu,
dimungkinkan bahwa di bawah ranu grati ada yang biasa masyarakat sebut dengan
lumpur hidup, maksudnya adalah lumpur yang bisa menyerap benda yang ada di
atasnnya. Lumpur hidup sebenarnya bukan peristiwa mistis, tapi memang peristiwa
alam yang bisa diterima dengan logika. Ranu grati yang merupakan danau sehingga
merupakan daerah tangkapan air, daerah berkumpulnya air otomatis menerima
banyak air ditambah dengan hasil erosi dari berbagai tempat. Hasil erosi itu
lah yang mengendap menjadi lumpur di dasar ranu. Lumpur tersebut tidak mungkin
tidak mengalami reaksi, di dasar lumpur tersebut pasti mengalami pertukaran
antara udara dengan air, sehingga ketika udara yang masa jenisnya lebih ringan
berusaha menerobos keluar otomatis air masuk ke lapisan lumpur dan tenaga
masuknya air ke lapisan lumpur tersebut cukup mampu menyerap benda di atasnya
kerna tenaganya cukup besar.
Pada tanggal 17 Oktober
1979, lima tank amfibi milik TNI Angkatan Laut melakukan latihan rutin di Danau
Ranu Grati. Saat latihan sedang berlangsung, tiba-tiba sebuah tank amfibi
mesinnya mati mendadak. Seharusnya tank amfibi yang mesinnya mati masih bisa
mengapung selama beberapa jam, namun yang terjadi sebaliknya. Tank amfibi
tersebut tenggelam ke dasar danau. Pencarian tank amfibi beserta awaknya
langsung dilakukan, bahkan diterjunkan pula pasukan katak dari Surabaya, namun
hasilnya nihil. Tank tersebut hilang tanpa jejak beserta awaknya sampai
sekarang. Untuk memperingati kejadian tersebut dibangunlah sebuah tugu
peringatan di sebelah timur danau yang bertuliskan nama 22 awak tank amfibi
yang ikut tenggelam.
Terdapat tanggul alam
yang sekarang sudah mendapat campur tangan pemerintah setempat hal ini
bertujuan agar tidak mudah tererosi yang akan menyebabkan jebolnya ranu
tersebut dikarenakan di sekitar ranu banyak permukiman warga setempat.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Tiada gading yang tak retak,
saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.
Semua isi (foto dan teks) di dalam postingan ini memiliki hak cipta.
Biasakan menghargai karya orang lain dengan cara mengutip dengan cara yang benar.
----SEKIAN TERIMAKASIH----
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar