Sebuah Kebermaknaan

Kamis, 28 Agustus 2014

BATU ANDESIT

Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil bentukan lelehan magma diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Peranan bahan galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran air/irigasi dan lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah, split dan abu batu. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia membutuhkan bahan galian ini yang terus setiap tahun.
Asal Mula
Jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam golongan kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma tersebut merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian menghablur akibat pendinginan magma pada temparatur antara 1500 – 2500 C membentuk andesit berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar natrium plagioklas, kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda, biotit dan piroksen.
Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan berwarna gelap.

Mineralogi
Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah kurang 10% dari kandungan felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari 10%, felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit dan piroksen. Penamaan andesit berdasarkan kepada kandungan mineral tambahannya yaitu andesit hornblenda, andesit biotit dan andesit piroksen.

Sifat Kimia dan Fisika
Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur, silikat, alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor dan air.  Prosentasi kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di beberapa tempat. Sebagai contoh, dalam Tabel 1., diperlihatkan komposisi kimia yang terdapat di Desa Kalirejo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai kasar, andesit mempunyai kuat tekan berkisar antara 600 – 2400 kg/cm2 dan berat jenis antara  2,3 – 2,7, bertekstur porfiritik, keras dan kompak.
Tabel 1. Komposisi kimia Andesit
SenyawaKomposisi (%)
SiO247,55
Al2O318,37
Fe2O38,19
CaO7,11
MgO2,25
Na2O1,70
K2O2,16
TiO20,59
MnO0,22
P2O50,30
H2O0,52
2.3.      Potensi dan Cadangan
Potensi andesit di Indonesia sangat besar dan tersebar di setiap propinsi. Hasil inventarisasi dan eksplorasi oleh Direktorat Sumberdaya Mineral pada awal 1997, cadangan andesit tercatat sekitar 2,1 juta ton (Tabel 2).
PERTAMBANGAN
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi andesit dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :
  1. Penelitian geologi
Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui batas penyebaran secara lateral, termasuk mengumpulkan segala informasi geologi dan pemetaan topografi. Peta topografi pada tahap ini berskala 1 : 500;
  1. Penelitian geofisika
Penelitian yang umum dilakukan berupa pendugaan geolistrik, yaitu penelitian berdasarkan sifat tahanan jenis batuan.
Kegiatan ini diselaraskan dengan data geologi permukaan ataupun bawah permukaan. Hasil interpretasi disajikan dalam bentuk penampang geologi yang didasarkan kepada hasil pengolahan data pengukuran geolistrik dengan menghubungkan setiap titik duga satu dengan yang lainya. Keadaan geologi ini akan memperlihatkan penyebaran, baik secara vertikal maupun lateral pada suatu penampang. Pendugaan geolistrik secara umum akan menyajikan data lapisan tanah pucuk dan lapisan andesit;
c.  Pemboran
Kegiatan ini dilakukan untuk pengecekan secara rinci data endapan bagi keperluan perhitungan cadangan;
  1. Pengambilan contoh
Kegiatan ini dimaksudkan untuk keperluan analisis laboratorium dan mekanika batuan;

  1. Perhitungan cadangan
Perhitungan cadangan yang terdapat di daerah penyelidikan dilakukan dengan cara metoda penampang (cross section method) yang sangat cocok untuk  batuan yang penyebarannya homogen serta ketebalannya relatif merata.
Volume cadangan dihitung per luas penampang yang dimensinya adalah di antara dua luas daerah penampang dan ketebalan pada titik-titik eksplorasi di sekelilingnya.
Dengan menjumlahkan volume seluruh penampang yang ada di daerah penyelidikan tersebut, maka jumlah cadangan dapat diketahui.
Penambangan
Metode penambangan yang biasa diterapkan terhadap andesit adalah tambang terbuka (quarry). Bentuk topografi bahan galian umumnya berbentuk bukit, dan penambangan dimulai dari puncak bukit (top hill type) ke arah bawah (top down) secara bertahap membentuk jenjang (bench). Secara garis besar tahapan kegiatan penambangan dapat diuaraikan sebagai berikut :
  1. Persiapan (development)
Meliputi pembangunan sarana dan prasarana tambang antara lain jalan, perkantoran, tempat penumpukan (stockpile), mobil-isasi peralatan, sarana air, work-shop, listrik (genset), serta poliklinik;
  1. Pembersihan permukaan (land clearing)
Perbersihan permukaan lahan yang ditumbuhi pepohonan dan semak belukar dengan alat konvensional atau buldoser;
  1. Pengupasan lapisan penutup (stripping overburden)
Mengupas tanah penutup dilakukan dengan buldoser atau back hoe. Tanah penutup didorong dan dibuang ke arah lembah (disposal area) yang terdekat, namun bila tumpukan hasil pengupasan ini jauh dari disposal area pembuangan-nya dapat dibantu dengan dump truck.
  1. Pembongkaran  (lossening).
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membongkar andesit dari batuan induknya sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk melaksanakan pekerjaan ini dilakukan dengan cara pemboran dan peledakan. Dalam kegiatan pemboran perlu ditentukan geometri lubang tembak yang meliputi berden, kedalaman, pemampat, subdrilling dan spasi. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan pemboran adalah crawler rock drill (CRD) dan kompresor.
Sedangkan untuk kegiatan peledakan digunakan bahan peledak ANFO/ damotin. Dalam kegiatan peledakan ini, untuk mendapatkan ukuran produk yang diinginkan ditentukan melalui perubahan spasi lubang ledak; makin rapat ukuran semakin kecil ukuran produknya.

  1. Pemuatan (loading).
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat muat mekanis untuk memuat hasil kegiatan pembongkaran ke dalam alat angkut yaitu truk;
  1. Pengangkutan (transporting)
Bongkahan andesit diangkut ke lokasi unit peremukan menggunakan dump truck.
Peremukan
Pengolahan andesit adalah mereduksi ukuran yang sesuai dengan berbagai kebutuhan. Untuk kegiatan ini dilaksanakan melalui unit peremukan   (crushing plant). Tahapan pengolahan meliputi :
1     Peremukan dengan primary crusher seperti jaw crushercone crusher atau gyratory crusher yang dilanjutkan dengan Secondary crusher;
2     Pengangkutan menggunakan ban berjalan;
3     Pemisahan menggunakan pengayak (screen);
4     Penghalus ukuran dengan rotopactor.

Dari proses peremukan akan menghasilkan beberapa macam ukuran antara lain :
  • jenis sirtu
  • ukuran – 50 + 30 mm
  • ukuran – 30 + 20 mm
  • ukuran – 20 + 10 mm
  • ukuran – 10 + 4 mm
  • ukuran – 4 m (abu-abu).
Jenis peralatan pada unit peremukan terdiri dari :
  • Pengumpan grizzly getar, suatu alat yang berfungsi sebagai pengatur banyaknya umpan masuk ke dalam peremuk berahang (jaw crusher) dan ayakan pemisah dengan sirtu;
  • Pengumpan getar, suatu alat yang berfungsi sebagai pengatur banyaknya umpan masuk ke dalam peremuk rahang II (secondary crusher);
  • Peremuk, digunakan untuk memperkecil ukuran yang sesuai dengan permintaan. Alat yang digunakan adalah :
    • Peremuk tingkat 1, yaitu peremuk berahang (jaw crusher) jenis single toggle;
    • Peremuk tingkat II yaitu peremuk berahang II, memakai tipe 80 dan 71, dengan ukuran masing-masing 36 x 10 dan 36 x 4.
Bagan alir proses peremukan terlihat pada Gambar 3. Untuk kepentingan lain seperti pembuatan hias, lantai, nisan dan peralatan rumah tangga, perlu dilakukan tahap pengolahan, pemahat-an, penghalusan, dan pemolesan.

KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI.
Kegunaan
Andesit banyak digunakan untuk sektor konstruksi, terutama infrastruktur seperti sarana jalan raya, jembatan, gedung-gedung, irigasi, bendungan dan perumahan, landasan terbang, pelabuhan dan lain-lain.
Untuk menguji kualitas batuan dapat dilakukan dengan uji kuat tarik, kuat tekan, kuat geser, densitas, berat jenis dan lain-lain. Hasil dari uji itu akan diperoleh sifat-sifat elastisitas dari batuan. Sifat ini berperan penting sehubungan dengan pemanfaatan batuan itu sendiri.
Uji kuat tarik pada prinsipnya adalah dengan memberi beban atau gaya pada sisi contoh andesit yang berbentuk silinder (penekanan diametral) sampai contoh batuan tersebut pecah (Gambar 4).
Perhitungan besaran kuat tarik diberikan dengan persamaan sebagai berikut :
Tt = 2.Fc/ D.L  ; atau    Tt  = Fc/ r.L
Keterangan :
Tt         = kuat tarik, (kg/cm2)
Fc        = gaya/bebas sampai contoh
batan pecah, (kg)
D         = garis tengah contoh, (cm)
L          = panjang contoh, (cm)
r           = jari-jari contoh, (cm)
Uji kuat tekan dilakukan untuk memperoleh nilai kuat tekan (Tc), batas elastis (Te), modulus elastisitas/Young modulus(E), dan Poissons ratio (V). Kuat tekan dihitung dengan rumus :
Tu = Pu/A
Keterangan :
Tu = kuat tekan uniaxial, (kg/cm2)
Pu = beban maksimum pada saat contoh  batuan pecah, (kg)
A    = luas permukaan contoh, (cm2)
Spesifikasi
Andesit banyak digunakan di sektor kontruksi. Pemanfaatan yang lain adalah untuk bahan baku pembuatan dimension stone, patung seni dan sebagainya.
  1. Kontruksi/bangunan
Dalam bentuk agregat, andesit banyak digunakan untuk pembangunan jembatan, pembuatan galangan kapal untuk dermaga,  pondasi  jalan   kereta api, bendungan/dam dan sebagainya.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk kebutuhan konstruksi dan bangunan menurut SII. 0378-80 (Tabel 4).
  1. Dimension stone
Pada pembuatan dimension stone andesit dipotong berdasarkan ukuran tertentu, dipahat, diampelas/diasah, kemudian dipoles agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan : batu hias, tegel, dan peralatan rumah tangga.
PERKEMBANGAN DAN PROSPEK
Krisis ekonomi Indonesia sejak Juli 1997 menyebabkan lumpuhnya dunia usaha di dalam negeri termasuk pula pembangunan infrastruktur seperti  jalan raya, jembatan, irigasi, dan pengembang sektor perumahan/real estate, sebagai pemakai utama   andesit. Dengan membaiknya kurs rupiah terhadap dolar diharapkan akan membawa ke arah pemulihan perekonomian Indonesia sehingga dunia usaha akan bergairah kembali.
Cadangan andesit di Indonesia berjumlah milyaran ton, tersebar merata di seluruh daerah Indonesia. Dari kenyataan itu, untuk masa mendatang diperkirakan pengusahaan andesit di Indonesia akan mengalami peningkatan sejalan dengan kembali dimulainya pembangunan perumahan baik RSS, RS maupun real estat, juga pembangunan sektor konstruksi lainnya seperti jalan, jembatan dsb. Identifikasi faktor yang mempengaruhi pasar, baik itu sektor pendukung maupun penghambat pengembangan usaha pertambangan andesit adalah :
  • cadangan; potensi andesit di Indonesia jelas memungkinkan dengan jumlah cadangan yang besar dan lokasinya tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia;
  • tenaga kerja; cukup melimpah, biaya operasi tenaga kerja murah adalah faktor yang menguntungkan baik bagi perusahaan maupun pemerintah;
  • konsumen; perkembangan sektor kontruksi (jalan dan perumahan) dan sektor industri yang mulai membaik merupakan indikator akan meningkatnya tingkat kebutuhan andesit di sektor ini. Oleh karena itu pengembangan pertambangan andesit dengan berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan sektor ini cukup memberikan harapan.
Perkembangan konsumsi andesit di sektor industri dalam kurun waktu 1987 -1997 menunjukkan kecenderungan yang meningkat dengan laju perubahan tahunan sebesar 0,44%. Jenis industri barang-barang dari semen, genteng, dan barang bukan logam lainnya merupakan pemakai utama komoditas ini (Tabel 4).

andesit di sektor industri
TahunAndesit (ton)
19872.174.000
19882.679.000
19892.797.000
19902.290.000
19913.048.000
19923.183.000
19933.323.000
19943.469.000
19953.622.000
19963.782.000
19973.940.000
Sumber : Biro Pusat Statistik, diolah kembali

Di sektor konstruksi, konsumsi andesit sebagai indikatornya adalah pemakaian di sub sektor perumahan.
Pembangunan perumahan di Indonesia dilakukan melalui dua cara yaitu dibangun oleh perorangan dan melalui pihak lain/investor seperti Perumnas, KPR-BTN, dan Real Estate Indonesia (REI).
Pembangunan perumahan di Indonesia dilakukan melalui dua cara yaitu dibangun oleh perorangan dan investor seperti Perumnas, KPR-BTN, dan Real Estate Indonesia (REI).
Menurut data dari BPS, dalam kurun waktu tahun 1987 – 1996 melalui Perumnas telah dibangun sebanyak 328.425 unit yang terdiri dari 127.023 unit Perumahan Sederhana, 190.442 unit Perumahan Inti, dan 10.960 unit Rumah Susun (Rusun). Dalam kurun waktu yang sama telah dibangun sebanyak 163.247 unit melalui KPR-BTN yang terdiri dari 143.940 unit melalui developer swasta dan 19.307 unit melalui developer Perumnas. Adapun melalui REI dalam kurun waktu tersebut jumlah terbesar yang dicapai adalah sebanyak 268.432 unit.
Khusus untuk KPR-BTN, Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS), pada 2000 BTN mentargetkan sekitar 100.000 unit rumah. Hal ini diperkuat pula oleh perkiraan pemerintah bahwa pada tahun 2000 menyediakan dana sebesar Rp. 1,2 triliun untuk program pembangunan perumahan bagi masyarakat golongan penghasilan rendah.
Perekonomian Indonesia yang cenderung membaik diperkirakan kebutuhan akan perumahan terutama tipe yang dibangun melalui KPR-BTN akan semakin meningkat di masa mendatang, dan ini berarti kebutuhan akan andesit juga akan meningkat. Demikian juga halnya dalam pembangun gedung-gedung pusat pertokoan, pusat perkantoran swasta ataupun pemerintahan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, jembatan serta sarana irigasi yang setiap tahun diperkirakan akan terus meningkat merupakan peluang bagi pertambangan andesit.
Dari sisi teknologi, secara umum penambangan andesit dapat dilakukan secara sederhana atau mekanis/ peledakan. Jumlah investasi yang dibutuhkan relatif kecil sehingga turut mendorong pengembangan usaha pertambangan andesit.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pembangunan pertambangan andesit adalah jumlah pengusahaan andesit non-formal. Selain itu, adanya beberapa kontraktor konstruksi yang juga merupakan pemasok andesit yang keberadaannya tersamar dan sulit diketahui, akan menutup peluang pihak lain yang akan berusaha menjadi pemasok andesit.
Masalah lingkungan dan tata guna lahan juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Perusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan akan terjadi. Penggunaan lahan berpotensi andesit untuk kegiatan sektor lain akan berakibat areal yang boleh ditambang menjadi terbatas.

Pesatnya kegiatan pembangunan menyebabkan peningkatan pendayagu-naan sumber daya alam termasuk andesit. Kebutuhan bahan galian tersebut bagi pembangunan menjadi sangat besar, di sektor konstruksi maupun di sektor  industri.
Potensi andesit yang demikian besar patut disyukuri dengan mulai membaiknya perekonomian di dalam negeri dan diharapkan di waktu  mendatang dapat menarik minat para pengusaha tambang untuk mengembangkan usaha   andesit, yang berarti pula memperluas lapangan kerja dalam rangka pemberdayaan perekonomian masyarakat.

Rabu, 27 Agustus 2014

RANU GRATI

Ranu Grati atau Danau Grati terletak di antara 3 desa yaitu desa Sumberdawesari, Desa Ranuklindungan, dan Desa Gratitunon, kecamatan Grati. Dengan luas 198 hektar, ranu Grati terletak tidak jauh di sebelah selatan pantai utara, diantara ruas jalan Pasuruan - Probolinggo.
Sejak tahun 2000, Pemerintah Kabupaten Pasuruan telah dengan gencar memperkenalkan wisata ranu Grati sebagai ajang banyak kegiatan seperti Lomba Olahraga Air tingkat Jawa-Bali. Untuk menuju ke Ranu Grati, dapat ditempuh sekitar 30 menit dari kota Pasuruan, dan 90 menit dari Probolinggo.
Letak geografi Kabupaten Pasuruan antara 112 0 33` 55” hingga 113 30` 37” Bujur Timur dan antara 70 32` 34” hingga 80 30` 20” Lintang Selatan dengan batas – batas wilayah:
Utara   : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura.
Selatan : Kabupaten Malang
Timur   : Kabupaten Probolinggo
Barat   : Kabupaten Mojokerto

Geologi dan Geomorfologi
Ranu grati merupakan danau vulkanik, ketika magma tidak mampu menerobos melalui jalan keluarnya maka magma berusaha mencari jalan lain, penerobosan magma kemudian membuat batuan di atasnya melting (melebur) otomatis hasil melting batuan membuat batuan ambles sehingga membentuk cekungan, ternyata setelah melting magma tersebut tidak sampai membentuk gunung dan tetap membentuk cekungan, cekungan tersebut kemudian terisi oleh air sehingga menjadi danau grati tau ranu grati yang kita kenal selama ini.
           
Iklim / Cuaca
Kecamatan Grati mempunyai wilayah geografis berupa dataran rendah, dengan rata-rata ketinggian 0 - 100 m dari permukaan air laut. Terbentang pada 7,30’- 8,30’ Lintang Selatan dan 112°30’ - 113°30’ Bujur Timur. Lokasi Kecamatan Grati di Kabupaten Pasuruan berada di sekitar Garis Khatulistiwa, maka seperti daerah yang lain di Kabupaten Pasuruan mempunyai perubahan iklim sebanyak 2 jenis setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan Kecamatan Grati setiap tahunnya sebesar 1.195 mm.
Kabupaten Pasuruan pada umumnya beriklim tropis, dengan klasifikasi Schimdt dan Fergusan. Sebagian besar kecamatan tipe iklim C dan selebihnya tipe B. Temperatur sebagian besar wilayah antara 240 – 320 C, sedangkan untuk wilayah diatas 2.770 meter temperature terendah mencapai 50 C utamanya Kecamatan Tosari. Variasi curah hujan rata – rata dibawah 1.500-2500 mm. Angin Barat dan Timur kecepatan rata – rata 12 – 30 knot.

Penggunaan Lahan
            Lahan di sini hanya ditanami pepohonan untuk penyejuk karena memang cuaca di daerah itu panas sedangkan ranu grati adalah tempat pariwisata sehingga perlu adanya tanaman penyejuk untuk kenyamanan penyejuk.

Mata Pencaharian Penduduk

            Mata pencaharian di tempat itu yang kami temukan adalah tempat penyewaan alat-alat pancing karena ranu grati banyak dipakai pengunjung untuk memancing. Di samping ranu grati ada dam yang di tempat itu banyak digunakan anak kecil untuk bermain air sehingga membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar untuk membuka tempat penyewaan ban, membuka warung yang menjual snack-snack untuk anak kecil, dll.

Potensi Bencana
Ranu ini hanya digunakan sebagai tempat pemancingan dan kerambah yang digunakan masyarakat sekitar hanya pada bagian tepi.

Gambar 1.1 Aktivitas pemancingan hanya di bagian tepi, tidak ada aktivitas di tengah ranu
Pemerintah setempat tidak berani mengembangkan ranu tersebut sebagi tempat wisata dikarenakan mengandung resiko yang akan memakan korban hal ini disebabkan pada bagian tengah ranu kemungkinan kedalaman lebih dari 200 m dan profil ranunya pun tidak mudah untuk diprediksi kedalamannya.
Selain itu, dimungkinkan bahwa di bawah ranu grati ada yang biasa masyarakat sebut dengan lumpur hidup, maksudnya adalah lumpur yang bisa menyerap benda yang ada di atasnnya. Lumpur hidup sebenarnya bukan peristiwa mistis, tapi memang peristiwa alam yang bisa diterima dengan logika. Ranu grati yang merupakan danau sehingga merupakan daerah tangkapan air, daerah berkumpulnya air otomatis menerima banyak air ditambah dengan hasil erosi dari berbagai tempat. Hasil erosi itu lah yang mengendap menjadi lumpur di dasar ranu. Lumpur tersebut tidak mungkin tidak mengalami reaksi, di dasar lumpur tersebut pasti mengalami pertukaran antara udara dengan air, sehingga ketika udara yang masa jenisnya lebih ringan berusaha menerobos keluar otomatis air masuk ke lapisan lumpur dan tenaga masuknya air ke lapisan lumpur tersebut cukup mampu menyerap benda di atasnya kerna tenaganya cukup besar.
Pada tanggal 17 Oktober 1979, lima tank amfibi milik TNI Angkatan Laut melakukan latihan rutin di Danau Ranu Grati. Saat latihan sedang berlangsung, tiba-tiba sebuah tank amfibi mesinnya mati mendadak. Seharusnya tank amfibi yang mesinnya mati masih bisa mengapung selama beberapa jam, namun yang terjadi sebaliknya. Tank amfibi tersebut tenggelam ke dasar danau. Pencarian tank amfibi beserta awaknya langsung dilakukan, bahkan diterjunkan pula pasukan katak dari Surabaya, namun hasilnya nihil. Tank tersebut hilang tanpa jejak beserta awaknya sampai sekarang. Untuk memperingati kejadian tersebut dibangunlah sebuah tugu peringatan di sebelah timur danau yang bertuliskan nama 22 awak tank amfibi yang ikut tenggelam.
Terdapat tanggul alam yang sekarang sudah mendapat campur tangan pemerintah setempat hal ini bertujuan agar tidak mudah tererosi yang akan menyebabkan jebolnya ranu tersebut dikarenakan di sekitar ranu banyak permukiman warga setempat.

Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Tiada gading yang tak retak,
saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.
Semua isi (foto dan teks) di dalam postingan ini memiliki hak cipta.
Biasakan menghargai karya orang lain dengan cara mengutip dengan cara yang benar.
----SEKIAN TERIMAKASIH----
:)

GUNUNG BROMO

Gunung Bromo terletak di teritorial 4 kabuten, Probolinggo, Malang, Pasuruan dan Lumajang. Nama Gunung Bromo diambil dari bahasa Sansekerta yaitu Brahma (salah seorang Dewa Utama Hindu). Obyek Wisata Gunung Bromo letak geografisnya tepat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Provinsi Jawa Timur, yaitu adalah salah satu di antara obyek wisata paling favorit didunia. Wisata Gunung Bromo, selain memiliki keunikan pesona alam yang indah dan mengagumkan berupa lautan pasir Bromo, asap putih yang keluar dari kawah Bromo, padang rumput savannah yang menghampar hijau, di Gunung Bromo juga terkandung budaya luhur dari Suku Tengger yang bermukim di kawasan sekitar Gunung Bromo.

Geologi
Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, Gunung Bromo juga mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo
Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi pada 1974, sedangkan letusan terakhir yang masih dalam status awas sampai sekarang terjadi pada tahun 2010 ini.
Sejarah letusan Bromo terjadi pada 2010, 2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1040, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.
Bromo merupakan salah satu gunung berapi strato tipe A dan terletak di dalam Kaldera Tengger. Ini merupakan gunung berapi termuda dalam jajaran di kaldera Tengger, seperti Gunung Widodaren, Kursi, Segorowedi, dan Batok. Kaldera Tengger sendiri berukuran 9 x 10 kilometer, dikelilingi oleh tebing curam dengan ketinggian 50 sampai 500 meter. Jajaran gunung di dalam kaldera dikelilingi oleh batuan vulkanik gunung Tengger Purba. Lantai kaldera bagian utara tersusun oleh batuan pasir sementara bagian timur dan selatan kaldera didominasi oleh rerumputan.
Batuan vulkanik yang menyusun dasar kaldera Bromo –Tengger (pada lautan pasir) terdiri dari : pasir vulkanik yang berukuran butir pasir kasar – kerikil, bom vulkanik, dan juga batu apung. Komposisi pasir vulkanik dalam kaldera sebagian besar terdiri dari : plagioklas, hornblende, piroksen, magnetit, dan sebagian kecil zirkon dan kyanit.
Gambar 1.1 Batuan yang ditemukan di gunung bromo

Geomorfologi
Secara regional, Jawa Timur dibagi menjadi beberapa zona fisiografis. Komplek Tengger terletak di Sub-zona Solo, bagian dari Zona Depresi Jawa Timur. Subzona Solo terbentuk oleh barisan gunung api berumur kuarter, mulai dari Plestosen hingga Holosen. Diantara gunung api-gunung api tersebut didapatkan dataran-dataran yang disebut dataran intramontana. Gunung api-gunung api yang dijumpai di sub-zona ini membentuk kelurusan gunung api dari barat berturut-turut Lawu, Wilis, Kelud, Arjuno-Welirang, Argopuro, Bromo-Tengger, Semeru, Ijen, dan Raung. Gunung api Bromo-Tengger kearah utara – selatan membentuk kelurusanTengger–Semeru Kompleks. Bromo- Tengger dapat di kelompokkan menjadi beberapa satuan geomorfologi yaitu :
Satuan geomorfologi lereng gunung api terdendusi. Terdendusi menempati tubuh kompleks Tengger. Dibangun oleh material lava dan piroklastika hasil erupsi vulkan – vulkan Tengger. Sudut lereng satuan ini berkisar antara 250 – 600 derajad, dalam bentuk lembah – lembah berpola radier dan igir – igir sisa kaldera Tengger tua. Yang temasuk dalam satuan geomorfologi ini misalnya bukit – bukit Argawulan, Ider – Ider, Pandak Lembu, Jantur, Gentong, dan Penanjakkan. Bromo – Tengger merupakan kompleks gunung api dengan morfologi sangat bervariasi, pada bagian puncak terdapat kaldera cukup luas dengan bentuk menyerupai belah ketupat dengan ukuran diagonal terpanjang sekitar 10 km. Dari dasar kaldera kira – kira terdapat tujuh pusat erupsi, dengan kelurusan menyilang barat – timur dan timur laut – barat daya, masing – masing erupsi tersebut antara lain : Widodaren, Watanggan, Kursi, Segarawedi Lor dan Segarawedi Kidul, Batok dan Bromo.
Satuan geomorfologi sisa kerucut gunung api. Menempati bagian puncak kompleks Bromo – Tengger. Satuan ini merupakan sisa erosi dan denudasi kerucut gunung api yang tersusun oleh lava, endapan piroklastika dan endapan lahar. Pada satuan ini berkembang pola pengaliran semi radier dengan lembah lembah lurus dan relative landai dengan bentuk huruf “V”. Termasuk dalam satuan ini antara lain tubuh bukit Widodaren – Watangan, Kursi, Segarawedi, Cemara, dan Wonotoro.
Morfologi kaldera Bromo Tengger, secara umum berada pada ketinggian 750 – 2.581m dpl dengan luas 5.250 ha. Dalam kaldera Bromo Tengger yang berdiameter 8000 m (utara – selatan)  dan 10.000 m (barat – timur) tersebut, muncul kerucut vulkanik dari Gunung Bromo (2.392 m dpl), Gunung Batok (2.440 m dpl), Gunung Widodaren (2.614 m dpl), Gunung Watangan (2.601 m dpl) dan Gunung Kursi (2.581 m dpl). Dinding kaldera yang mengelilingi lautan pasir sangat terjal dan kemiringan lereng 60 – 800 dan tingginya berkisar 120 – 130 m dari dasar kaldera Tengger. Pada kawah Bromo (yang aktif) nampak kurang berkembang endapan belereng, namun demikian asap yang keluar dari kawah aktif tersebut mengandung gas sulfur dengan konsentrasi relatif tinggi (asap tersebut nampak sangat pekat dan sangat menyengat). Kenampakan pada tepian kawah Bromo, menunjukkan endapan warna kuning dari endapan gas sulfur secara tidak merata.
Pada dasar kaldera bagian timur laut, setempat dijumpai basalt vesikuler yang berujud bom-bom vulkanik. Sementara pada dinding luar dari kerucut vulkanik Bromo (yang aktif) dan Gunung Batok, dijumpai batuan piroklastik, dan endapan abu gunungapi. Pada dinding kaldera Tengger, yang dijumpai pada jalur Cemoro lawang maupun jalur Penanjakan, sangat didominasi oleh endapan freatomagmatik, fragmen lava andesit basaltik, selang-seling piroklastik jatuhan dan piroklastik aliran, juga sisipan endapan abu vulkanik. Endapan piroklastik di jalur Penanjakan maupun jalur Cemorolawang ini, menunjukkan fragmen tersusun oleh klastika dari bom-bom vulkanik, lapili, dengan matrik yang sangat pekat dari pasir-pasir vulkanik yang relatif berukuran butir kasar, dan bentuk butir runcing – agak runcing.
Gunung Bromo merupakan Tipe letusan Vulkano dengan jenis lava cair kental. Tekanan gas sedang hingga tinggi, kedalaman dapur magma dangkal sampai dalam. Letusannya terdiri atas hembusan gas magmatik disertai bom, lapili dan abu, vukanik letusan berbebtuk awan. Bunga kol leleran lava dari lubang kepundan.
Gambar 1.2 Kenampakan kawah Bromo, pada tepian mulut kawahnya nampak endapan tipis gas sulfur.
Menurut Zaennudin (1990), endapan vulkanik di sekitar kaldera Bromo Tengger yang terdiri dari stratifikasi dari aliran lava andesit, endapan freatomagmatik, lava basalt andesit berselang-seling dengan endapan piroklastik jatuhan maupun piroklastik aliran, telah terbentuk pada 2 kali periode letusan yaitu 130.000 – 144.000 tahun yang lalu pada kelompok endapan vulkanik bagian bawah dan 33.000 – 100.000 tahun yang lalu pada kelompok endapan vulkanik bagian atas. Susunan vertikal endapan vulkanik di kaldera Bromo Tengger tersebut merupakan fenomena kegunungapian yang sangat menarik, eksotik, dan spesifik pada suatu tipe gunungapi yang membentuk kerucut silinder dalam kaldera. Susunan vertikal endapan vulkanik Tengger tersebut nampak berupa lapisan pasir endapan freatomagmatik dan juga endapan piroklastik dari letusan Gunung Tengger Tua. Hubungan tipe berbagai endapan letusan Gunung Tengger Tua tersebut berada di sepanjang jalur wisata yang selama ini sudah berkembang antara dasar kaldera Tengger hingga ke Penanjakan. Jalan tersebut sering dilewati wisatawan yang melakukan perjalanan dengan kendaraan jeep.
Gambar 1.3 Kaldera Tengger
Gunung Bromo adalah bentuk lahan vulkanis, pada bagian tebingnya yang melingkar mengelilingi gunung-gunung pola alirannya adalah radial sentripetal yaitu dari banyak titik menuju satu titik yang lebih rendah. Pada gunung-gunungnya seperti gunung bromo dan gunung batok pola alirannya adalah radial sentrifugal yaitu dari satu titik yang lebih tinggi mengalir ke banyak titik yang lebih rendah.
Dari hasil pengendapan materialnya dapat diketahui bahwa letusan bromo memang terjadi berkali-kali. Dibuktikan dengan adanya sortasi pasir yang tidak teratur.
Gambar 1.4 Lokasi pengendapan terlihat jelas
Hidrologi
            Di kaki gunung bromo terdapat sungai yang hanya terisi air ketika mendapat debit ait yang cukup untuk dialirkan, fungsinya selain itu adalah untuk menampung lava ketika terjadi letusan gunung bromo.
Gambar 1.5 Lokasi sungai musiman sekaligus tempat aliran lava
Seperti kebanyakan daerah vulkanik, wilayah Desa Ngadisari yang berdekatan dengan Gunung Bromo memiliki tatanan air yang radikal, sehingga pada musim kemarau, persediaan air hampir tidak tersedia atau bahkan benar-benar kering. Hal ini dikarenakan air telah menggenangi semua permukaan tanah selama musim hujan menghilang dengan cepat dengan menembus lapisan bawah tanah. Persediaan air dalam tanah hanya di dapat dari air hujan, yang juga mengalir di antara gunung-gunung batu. Meskipun pada musim hujan, sungai di daerah batu vulkanik penuh, tapi begitu musim kemarau tiba, semuanya akan mengering.
Sumber air dari Desa Ngadisari adalah dari sungai dan kanal. Terdapat lebih dari 50 sungai dan 4 danau di dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger_Semeru (TN-BTS). Danau-danau tersebut diantaranya adalah Ranu Darungan, Ranu Pane, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo. Dalam hal ini menunjukkan bahwa TN-BTS memiliki peran yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Keberadaan mata air TN-BTS dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di desa-desa, dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan menghasilkan energi / tenaga listrik.

Iklim / Cuaca
            Gunung Bromo termasuk ke dalam daerah yang beriklim tropis seperti di daerah Tengger dan daerah-daerah yang ada di Indonesia, dengan curah hujan 2000 m/tahun dan suhu rata-rata harian 10°C-20°C. Iklim di situ memiliki kondisi yang berbeda antara musim penghujan dengan musim kemarau. Pada musim penghujan yang terdapat antara bulan Nopember sampai dengan bulan Maret , terjadi kelembapan udara rata-rata 80 % sehingga terasa sangat dingin, Suhu udara berubah-ubah, tergantung ketinggian, antara 3° – 18° Celsius. Sebaliknya pada musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai bulan Oktober cuaca agak bersih dari kabut, tetapi keadaan sering diganggu oleh debu yang bertebaran karena ditiup angin kencang. Pada musim ini biasanya pada malam hari temperatur terasa lebih dingin dibandingkan musim hujan. Mengenai kabut ini bisa berubah setiap saat, siang hari pun dapat terjadi kabut yang tebal dan suasana seperti malam hari.
Curah hujan berkembang didaerah tipe iklim Afa, Cfa dan Cw (Koppen), tipe hujan A, B, C (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan tinggi antara 2500-7000 mm/tahun tanpa atau sampai dua bulan kering.

Penggunaan Lahan
Tanahnya berupa campuran tanah liat dan tanah padas yang termasuk jenis andosol. Terdapat di lereng-lereng gunung api. Tekstur batuan geluh berdebu. Struktur remah kelapisan bawah agak gumpal. Warna agak coklat kekelabuan hingga hitam. Bahan induknya abu atau tuff  vulkan. Konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembabannyapun tinggi. Porositas tanah sedang sampai tinggi. Permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi.. Kandungan bahan organik horison A adalah tinggi antara 10-30%. Solum agak tebal (1-2 m). Reaksi tanah masam sampai netral (pH 5,0-7,0). Keadaan tanah jenis tanah dan suhu udara sangat menentukan keberadaan jenis tumbuhan yang dapat tumbuh subur secara alami. Tumbuh-tumbuhan yang hidup didaerah ini sangat beragam, mulai dari tanaman keras dan besar sampai ke tanaman lunak dan tergolong kecil. Tanaman keras, seperti akasia, cemara gunung, sedangkan tanaman lunak termasuk jenis sayuran seperti kentang, kubis, wortel, jagung, ubi ketela, bawang putih, bawang prei, sawi dan tomat.


Mata Pencaharian Penduduk
Kompleks wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memberi peluang bagi penduduk sekitar untuk mencari lapangan kerja. Penduduk asli Pegunungan Tengger, masyarakat suku Tengger yang terkumpul di desa Ngadisari memanfaatkan Gunung Bromo sebagai objek wisata terkenal hingga ke mancanegara. Objek wisata ini tiketnya masuk sudah dipatok mulai Rp10.000,00 hingga Rp20.000,00. Para pengunjung yang datang juga telah disediakan tempat-tempat penginapan (hotel, villa) dengan harga yang bervariasi. Persewaan hartop dan kuda juga telah tersedia bagi pengunjung yang ingin melakukan pendakian. Harga sewa untuk satu hartop Rp450.000,00 sedangkan sewa kuda untuk sekali jalan (pulang-pergi) Rp100.000,00 Sarana transportasi angkutan khusus jeep dan kuda ini menjadi kebijakan Pemerintahan Desa Ngadisari sebagai masukan pendapatan masyarakat. Untuk mengatur kelancaran, ketertiban dan supaya tidak saling berebut penumpang serta tidak terjadi persaingan tarif angkutan, telah dibentuk Paguyuban dan ketetapan tarif sewa angkutan khusus ini. Untuk angkutan wisata kuda, lokasinya (daerah tujuan) Dusun Cemara Lawang – Gunung Bromo dan Poten (Lautan Pasir)- Gunung Bromo. Pada umumnya wisatawan yang akan ke Gunung Bromo naik kuda, meskipun sudah menyewa jeep setelah dari Pananjakan.
Selain menyewakan jeep, menyewakan hotel, dan menyewakan kuda, penduduk setempat juga berjualan minuman, makanan ringan, syal, dan sarung tangan, serta oleh-oleh khas bromo di sekitar gunung bromo.
Gambar 1.6 Penjual makanan dan orang yang menyewakan kuda

Potensi Bencana
            Potensi bencana pastinya adalah letusan gunung bromo karena gunung bromo adalah gunung aktif, selain itu bau belerang yang sangat menyengat di sekitar kawah berdampak pada pernafasan pengunjung.
            Potensi bencana longsor di area gunung bromo sangat mungkin terjadi karena material utama gunung bromo adalah pasir, apalagi banyak aktivitas manusia di atasnya yang memungkinkan terjadi erosi.
Gambar1.7 Hasil kenampakan erosi

Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Tiada gading yang tak retak,
saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.
Semua isi (foto dan teks) di dalam postingan ini memiliki hak cipta.
Biasakan menghargai karya orang lain dengan cara mengutip dengan cara yang benar.
----SEKIAN TERIMAKASIH----
:)