Gladak Perak adalah sebutan yang disematkan
pada jembatan yang melintas di atas sungai Besuk Sat yang mengalirkan muntahan
material gunung Semeru. Di jalur Malang – Lumajang, lokasi jembatan ini berada
pada km 88 dari arah kota Malang. Letak Gladak perak ini berada pada rangkaian
jalur berliku kawasan piket nol. Ada dua jembatan yang membentang, yang pertama
yakni Gladak Perak lama yang dibangun pada jaman penjajahan Belanda dan
sekarang sudah tidak digunakan lagi karena kondisinya yang kurang memadai untuk
arus lalu lintas. Yang kedua yakni jembatan yang dibangun tahun 1998 – 2001.
Gladak Perak yang di bangun. Pada waktu jaman Belanda ini, menguras banyak
biaya, pemikiran, dan nyawa. Dengan segala keterbatasan sarana, makanan dan
obat-obatan, pekerja-pekerja pribumi dipaksa menyelesaikan pembangunan jembatan
pada lokasi yang sangat curam. Bahkan untuk membuat celah untuk meletakkan
ujung jembatan, harus dilakukan dengan mendinamit. Bahkan sekitar awal
tahun 80-an tempat ini dikenal sebagai lokasi pembuangan mayat korban Petrus
(pembunuhan misterius).
Gambar 1.1 Jembatan Gladak Perak
Terdapat beberapa versi
dalam mengartikan sejarah
penamaan Gladak Perak. Ada yang menyebutkan karena sejak pembangunan
awal, seluruh besi konstruksi jembatan dicat dengan warna perak. Adapula sumber
yang mengatakan, saat itu pekerja dibayar dengan menggunakan uang perak. Kini, Gladak Perak menjadi salah satu
pemberhentian para pengguna jalan. Meski tidak begitu luas, tempat pakir kendaraan
roda empat lebih leluasa. Di tempat ini juga terdapat beberapa lapak penjual
makanan dan minuman, juga tersedia mushola.
Obyek
Penelitian kami di gladak perak bukan jembatan gladak perak sendiri namun
sungai yang terdapat di bawah gladak perak yaitu sungai tempuran. Sungai
tempuran adalah sungai yang merupakan aliran lahar dari Gunung Semeru.
GPS
(general position system) merupakan system navigasi yang menggunakan satelit yang
berfungsi mengetahui letak atau posisi suatu tempat saat kita berada, berdasarkan
pengukuran GPS sungai tempuran di bawah gladak perak dimana kita berpijak pada
saat itu berada pada posisi 49L, sedangkan sumbu X=722841, sumbu Y=9095067 serta
berada pada ketinggian 531 mdpl.
Gambar 1.2 Posisi penelitian di
sungai tempuran yang berada di bawah gladak perak
1.1 Geologi
Daerah Gladak Perak/piket
nol merupakan daerah pertemuan antara intrusi magma dari dapur magma dan lempeng selatan dengan daerah
karst, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa jenis batuan hasil
kombinasi formasi vulkanik dengan kapur seperti, batu meril yang terbentuk
karena pertemuan abu vulkanik dengan kapur yang terus mengalami proses geologi.
Formasi kapur terbentuk karena
wilayah selatan Jawa dulu pernah tenggelam kemudian terangkat sehingga terumbu
karang yang mati menjadi batu kapur dan formasi vulkanisnya berasal dari
kegiatan vulkan jalur pegunungan Bromo-Semeru mulai dari aliran lahar yang
membawa material pasir,lapili dan bom.
Daerah
ini selain dipengaruhi oleh hasil tumpukan material gunug api yang terangkut
juga dipengaruhi oleh intrusi yang terlihat pada dinding tebing. Intrusi pasti
dari bawah ke atas. Perlapisan bisa diamati bahwa penerobosannya miring, dan dari
intrusi tersebut bisa diketahui bahwa batuan terlihat sudah tua karena batuan
mengalami eksfoliasi (pengelupasan), adanya eksfoliasi adalah penciri bahwa
batuan sudah tua. Jika sudah batuan mengelupas maka akan disintegrasi menjadi
pasir, kemudian diskomposisi menjadi tanah.
Gambar 1.3 Hasil intrusi magma
Intrusi
yang ada di sini bukan sill, tetapi dike karena ini membentuk suatu pegununga.
Pada saat dia mengintrusi tidak bersama-sama tapi berurutan sehingga membentuk
perlapisan dan prosesnya juga berbeda sehingga membentuk blok blok sendiri,
celahnya itu untuk akuifer pegunungan sehingga saat hujan akan tersimpandi
celah-celah itu. Pegunungan kemudian terpotong maka otomatis mata airnya lebih
jernih, bisa dibandingkan air di celah tersebut dibandingkan air di sungai,
pasti lebih jernih yang keluar melalui celah tersebut.
Gambar 1.4 Air yang mengalir di tengah sungai jauh dengan tebing
yang terdapat hasil intrusi
Gambar 1.5 Air yang dekat dengan celah-celah pada tebing sebagai
hasil intrusi
Pada
daerah intrusi magma tersebut kami melakukan pengukuran terhadap dip dan strike.
Cara mengukur struktur bidang dengan kompas geologi adalah sebagai berikut:
a. Pengukuran jurus (strike)
Letakkan
kompas dengan sisi E menempel pada batuan tegak lurus kemiringan. Levelkan
kompas yang ditunjukkan oleh gelembung udara masuk ke dalam mata sapid an
gelembung lainnya terletak di tengah garis. Angka yang ditunjukkan jarum
penunjuk utara adalah harga jurus misalnya 2800. Beri tanda garis di sisi
kompas yang menempel pada batuan.
Berdasarkan pengukuran strike didapatkan hasil 2450 dari 0 (nol) utara.
b. Kemiringan (dip)
Letakkan
kompas tegak lurus pada garis yang telah dibuat dengan sisi W menempal di
batuan tegak lurus garis yang di batuan, atur klinometer sampai nivo, baca
kemiringan lereng. Hasilnya 38050’
Jenis
batuan induk di daerah piket nol cukup seragam sehingga mempengaruhi pola
aliran sungai, untuk bagian hilir merupakan jenis batu gunung api miosen yang
di dominasi pasir dan tufa termasuk di piket nol yang di dominasi pasir.
Jenis pasir yang kami temukan di sini merupakan pasir yang
memiliki kandungan besi cukup baik, karena hasil aktivitas vulkanik gunung
Semeru. Selain batu meril, kami juga menemukan batu yang berkarat
dikarenakan batu ini mengalami reaksi dengan besi yang terkandung di pasir besi.
Gambar 1.6 Batu berkarat karena mengalami oksidasi
Batu
di daerah tersebut beraneka ragam dikarenakan memang daerah itu adalah aliran
magma dan jika letusan eksplosif maka
magma bagian atas dan bawah keluar kemudian terangkut.
Gambar 1.7 Batuan yang ditemukan di sungai tempuran gladak perak
Batuan
bom sendiri kita bisa menemukan bolder-bolder atau batuan-batuan yang besar. Tapi
bolder-bolder di situ sudah halus karena sudah mengalami gesekan, bila dibandingkn
dengan di daerah insitu maka akan terlihat jelas perbedaannya, di daerah insitu
batunya lebih kasar sedangkan di gladak perak batunya sudah halus dan membentuk
sudut-sudut sebagai tanda bahwa telah terjadi gesekan.
Gambar 1.8 Bolder yang sudah mengalami gesekan sehingga terlihat
bentukan menyudut.
Disini
ada Pasir, gravel, bolder, hasil yang terangkut dr atas ke bawah kemudian terendapkan
disini karena ini memang daerah sabuk. Lahar di dalam proses pengendapan,
material besar selalu di bawah. Tapi di lapangan tampak suatu batuan ada lapisan
pengendapan yang tidak wajar yaitu lapisan besar di bawah kemudian tertumpuk
lapisan batu yang lebih kecil kemudian tertumpuk lagi batuan besar, dan seterusnya.
Itu menunjukkan ada proses pengendapan lebih dari sekali.
Gambar 1.9 Batuan yang besar berada di atas batuan yang lebih kecil
membuktikan adanya peristiwa pngendapan yang lebih dari sekali.
1.2 Geomorfologi
Di Sungai
Tempuran Gladak Perak, pola aliran sungai dikategorikan coarse dendritic. Alirannya
point bar yang disebut proses degradasi. Dimana pola aliran Dendritik itu pola
pengaliran berbentuk seperti pohon dan bercabang-cabang. Cabang-cabangnya yang
berarah tidak beraturan. Pola ini berkembang pada batuan yang resistennya
seragam, lapisan sedimen mendatar, batuan beku massif, daerah lipatan, dan
daerah metamorf yang kompleks. Dilihat dari stadianya, sungai tempuran di bawah
Gladak Perak ini termasuk stadia dewasa. karena sudah terlihat ada pelebaran
dan karena ada erosi pada tebing tebing yang ada. Selain itu dicirikan sungai
dewasa, alur sungainya adalah membelok belok.
Gambar 1.10 Sungai Tempuran di bawah Gladak Perak
Dan
disamping jembatan Gladak Perak terdapat perbukitan dimana perbukitan tersebut
diketahui vegetasi perintis, yang diciri-cirikan dengan adanya perdu secara
alami dan memungkinkan hanya lumut yang tumbuh secara subur. Dan susunannya mulai
dari rumput, semak, perdu kanopi pohon keras yang bisa disebut Hutan Hujan
Tropis.
1.3 Hidrologi
Daerah hulu piket nol merupakan pertemuan dari beberapa
sungai sehingga mengahasilkan arus yang cukup deras. Arus yang deras membawa
banyak material terutama dari aliran lava dingin yang membawa pasir, lapili dan bom. Ketika arus
pelan maka akan terbentuk pola aliran-aliran sungai kecil di piket nol, ada
yang seperti denditrik dan meander, hal ini terjadi karena arus tidak mampu
menggerus endapan material, sehingga aliran sungai akan mencari daerah yang
mudah tererosi.
Debit
sungai tempuran di piket nol sangat tergantung dari curah hujan di hulu karena
terdapat gunung semeru sebagai daerah tangkapan hujan. Pola aliran sungainya, merupakan
pola dendritik, karena aliran sungai cenderung mencari aliran yang pendek, sebab
daerah yang berpasir memiliki dara resap cukup besar.
Gambar
1.11 Keadaan fisik sungai di bawah Gladak Perak
1.4 Iklim Mikro
Seharusnya dingin karena pada ketinggian
571, sama dengan malang. Tapi disini nyatanya panas karena batuannya mayoritas
putih sehingga panas yang diterima dari matahari dipantulkan kembali ke atas
sehingga panasnya diraskan oleh manusia yang ada di atasnya.
1.5 Penggunaan Lahan
Vegetasi
perintis di samping jembatan Gladak Perak, yang diciri-cirikan dengan adanya
perdu secara alami dan memungkinkan hanya lumut yang tumbuh secara subur. Dan
susunannya mulai dari rumput, semak, perdu kanopi pohon keras yang bisa disebut
Hutan Hujan Tropis. Dimana masa tumbuhnya panjang, sehingga tidak boleh
ditebangi karena apabila pohonnya ditebang maka akan terjadi proses pelapukan
yang akan mempercepat kerusakan dan selanjutnya akar-akarnya mengurup dan
pecah. Daerah sekitar
merupakan daerah dengan litologi yang cukup plastis, sehingga ketika terjadi
intrusi magma,daerah tersebut mengalami perubahan bentuk permukaan dan akan
membentuk pegunungan.
Penggunaan
lahannya masih berupa hutan, tidak boleh jadi lahan pertanian. Tapi di atas
sana ada pohon pisang, sangat tidak cocok karena sebaiknya penggunaan lahannya
adalah untuk konservasi dan jenis tanahnya latosol sehingga jika ditanami
tanaman yang tidak tepat maka mudah longsor. Sehingga kesimpulannya, masyarakat
harus lebih arif dalam penggunaan lahan untuk memperkecil potensi bahaya.
1.6 Mata Pencaharian Penduduk Sekitar
Di
daerah Gladak Perak, terdapat sungai besar yang bercabang menjadi 3 cabang.
Dimana di daerah tersebut terdapat air terjun yang berhilir ke sungai besar
tersebut. Di daerah tersebut banyak perbukitan dan berdekatan dengan gunung
yang sudah lama meletus. Sehinggga banyak hasil letusan yang tererupsi ke
sungai besar seperti pasir. Akibatnya di area bawah Gladak Perak banyaknya
masyarakat sekitar dan luar, mencari dan menambang pasir yang melimpah di
sepanjang sungai tersebut. Sungai tersebut terbentuk karena adanya aliran lahar
yang mengalir dari gunung Semeru yang membawa banyak material pasir yang banyak
ditambang oleh masyarakat sekitar maupun luar.
Gambar 1.12 Kegiatan mata pencaharian penambang pasir
Para
warga baik lelaki maupun perempuan setiap harinya di upah senilai
25.000-40.000. Selain sebagai pekerja penambang pasir, warga sekitar bermata
pencaharian sebagai pedagang kaki lima atau pedagang sejenisnya. Karena pada
daerah tersebut atau yang dikenal sebagai Gladak Perak dijadikan pusat wisata.
Karena di Gladak Perak terdapat fenomena-fenomena alam. Dan terdapat jembatan
peningggalan Belanda yang sekarang putus, tidak berfungsi. Banyak wisatawan,
pelajar maupun mahasiswa yang mengunjungi tempat tersebut sekedar untuk ingin
tahu, berfoto ataupun penelitian. Sehingga para warga sekitar memanfaatkan
moment tersebut untuk berjualan minuman atau makanan ringan.
Pada
daerah bukit yang mengapit gladak perak berpotensi untuk longsor karena area
tersebut seharunya dipertahankan fungsinya sebagai area konservasi namun pada
kenyataannya di area tersebut terutama pada lahan yang kemiringannya besar
justru ditanami pisang. Ditambah lagi, jenis tanahnya adalah latosol sehingga
sangat mudah terjadi longsor. Sehingga kesimpulannya, masyarakat harus lebih
arif dalam penggunaan lahan untuk memperkecil potensi bahaya.
Pada
bagian bawah (selatan) adalah daerah dam (pengendalian untuk lahar hujan) agar
tidak meluber pada daerah sekitarnya. Tapi pada kenyataannya lahar tetap bisa
meluber, hal itu sangat berbahaya bagi masyarakat sekitar jika terjadi letusan
Gunung api Semeru.
Gambar 1.14 Bagian selatan terdapat dam yang merupakan pengendali
lahar hujan agar tidak meluber
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Tiada gading yang tak retak,
saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.
Semua isi (foto dan teks) di dalam postingan ini memiliki hak cipta.
Biasakan menghargai karya orang lain dengan cara mengutip dengan cara yang benar.
----SEKIAN TERIMAKASIH----
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar