Sebuah Kebermaknaan

Rabu, 27 Agustus 2014

GUNUNG BROMO

Gunung Bromo terletak di teritorial 4 kabuten, Probolinggo, Malang, Pasuruan dan Lumajang. Nama Gunung Bromo diambil dari bahasa Sansekerta yaitu Brahma (salah seorang Dewa Utama Hindu). Obyek Wisata Gunung Bromo letak geografisnya tepat di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Provinsi Jawa Timur, yaitu adalah salah satu di antara obyek wisata paling favorit didunia. Wisata Gunung Bromo, selain memiliki keunikan pesona alam yang indah dan mengagumkan berupa lautan pasir Bromo, asap putih yang keluar dari kawah Bromo, padang rumput savannah yang menghampar hijau, di Gunung Bromo juga terkandung budaya luhur dari Suku Tengger yang bermukim di kawasan sekitar Gunung Bromo.

Geologi
Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, Gunung Bromo juga mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo
Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. Gunung Bromo berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Selama abad ke-20, gunung yang terkenal sebagai tempat wisata itu meletus sebanyak tiga kali, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi pada 1974, sedangkan letusan terakhir yang masih dalam status awas sampai sekarang terjadi pada tahun 2010 ini.
Sejarah letusan Bromo terjadi pada 2010, 2004, 2001, 1995, 1984, 1983, 1980, 1972, 1956, 1955, 1950, 1948, 1040, 1939, 1935, 1930, 1929, 1928, 1922, 1921, 1915, 1916, 1910, 1909, 1907, 1908, 1907, 1906, 1907, 1896, 1893, 1890, 1888, 1886, 1887, 1886, 1885, 1886, 1885, 1877, 1867, 1868, 1866, 1865, 1865, 1860, 1859, 1858, 1858, 1857, 1856, 1844, 1843, 1843, 1835, 1830, 1830, 1829, 1825, 1822, 1823, 1820, 1815, 1804, 1775, dan 1767.
Bromo merupakan salah satu gunung berapi strato tipe A dan terletak di dalam Kaldera Tengger. Ini merupakan gunung berapi termuda dalam jajaran di kaldera Tengger, seperti Gunung Widodaren, Kursi, Segorowedi, dan Batok. Kaldera Tengger sendiri berukuran 9 x 10 kilometer, dikelilingi oleh tebing curam dengan ketinggian 50 sampai 500 meter. Jajaran gunung di dalam kaldera dikelilingi oleh batuan vulkanik gunung Tengger Purba. Lantai kaldera bagian utara tersusun oleh batuan pasir sementara bagian timur dan selatan kaldera didominasi oleh rerumputan.
Batuan vulkanik yang menyusun dasar kaldera Bromo –Tengger (pada lautan pasir) terdiri dari : pasir vulkanik yang berukuran butir pasir kasar – kerikil, bom vulkanik, dan juga batu apung. Komposisi pasir vulkanik dalam kaldera sebagian besar terdiri dari : plagioklas, hornblende, piroksen, magnetit, dan sebagian kecil zirkon dan kyanit.
Gambar 1.1 Batuan yang ditemukan di gunung bromo

Geomorfologi
Secara regional, Jawa Timur dibagi menjadi beberapa zona fisiografis. Komplek Tengger terletak di Sub-zona Solo, bagian dari Zona Depresi Jawa Timur. Subzona Solo terbentuk oleh barisan gunung api berumur kuarter, mulai dari Plestosen hingga Holosen. Diantara gunung api-gunung api tersebut didapatkan dataran-dataran yang disebut dataran intramontana. Gunung api-gunung api yang dijumpai di sub-zona ini membentuk kelurusan gunung api dari barat berturut-turut Lawu, Wilis, Kelud, Arjuno-Welirang, Argopuro, Bromo-Tengger, Semeru, Ijen, dan Raung. Gunung api Bromo-Tengger kearah utara – selatan membentuk kelurusanTengger–Semeru Kompleks. Bromo- Tengger dapat di kelompokkan menjadi beberapa satuan geomorfologi yaitu :
Satuan geomorfologi lereng gunung api terdendusi. Terdendusi menempati tubuh kompleks Tengger. Dibangun oleh material lava dan piroklastika hasil erupsi vulkan – vulkan Tengger. Sudut lereng satuan ini berkisar antara 250 – 600 derajad, dalam bentuk lembah – lembah berpola radier dan igir – igir sisa kaldera Tengger tua. Yang temasuk dalam satuan geomorfologi ini misalnya bukit – bukit Argawulan, Ider – Ider, Pandak Lembu, Jantur, Gentong, dan Penanjakkan. Bromo – Tengger merupakan kompleks gunung api dengan morfologi sangat bervariasi, pada bagian puncak terdapat kaldera cukup luas dengan bentuk menyerupai belah ketupat dengan ukuran diagonal terpanjang sekitar 10 km. Dari dasar kaldera kira – kira terdapat tujuh pusat erupsi, dengan kelurusan menyilang barat – timur dan timur laut – barat daya, masing – masing erupsi tersebut antara lain : Widodaren, Watanggan, Kursi, Segarawedi Lor dan Segarawedi Kidul, Batok dan Bromo.
Satuan geomorfologi sisa kerucut gunung api. Menempati bagian puncak kompleks Bromo – Tengger. Satuan ini merupakan sisa erosi dan denudasi kerucut gunung api yang tersusun oleh lava, endapan piroklastika dan endapan lahar. Pada satuan ini berkembang pola pengaliran semi radier dengan lembah lembah lurus dan relative landai dengan bentuk huruf “V”. Termasuk dalam satuan ini antara lain tubuh bukit Widodaren – Watangan, Kursi, Segarawedi, Cemara, dan Wonotoro.
Morfologi kaldera Bromo Tengger, secara umum berada pada ketinggian 750 – 2.581m dpl dengan luas 5.250 ha. Dalam kaldera Bromo Tengger yang berdiameter 8000 m (utara – selatan)  dan 10.000 m (barat – timur) tersebut, muncul kerucut vulkanik dari Gunung Bromo (2.392 m dpl), Gunung Batok (2.440 m dpl), Gunung Widodaren (2.614 m dpl), Gunung Watangan (2.601 m dpl) dan Gunung Kursi (2.581 m dpl). Dinding kaldera yang mengelilingi lautan pasir sangat terjal dan kemiringan lereng 60 – 800 dan tingginya berkisar 120 – 130 m dari dasar kaldera Tengger. Pada kawah Bromo (yang aktif) nampak kurang berkembang endapan belereng, namun demikian asap yang keluar dari kawah aktif tersebut mengandung gas sulfur dengan konsentrasi relatif tinggi (asap tersebut nampak sangat pekat dan sangat menyengat). Kenampakan pada tepian kawah Bromo, menunjukkan endapan warna kuning dari endapan gas sulfur secara tidak merata.
Pada dasar kaldera bagian timur laut, setempat dijumpai basalt vesikuler yang berujud bom-bom vulkanik. Sementara pada dinding luar dari kerucut vulkanik Bromo (yang aktif) dan Gunung Batok, dijumpai batuan piroklastik, dan endapan abu gunungapi. Pada dinding kaldera Tengger, yang dijumpai pada jalur Cemoro lawang maupun jalur Penanjakan, sangat didominasi oleh endapan freatomagmatik, fragmen lava andesit basaltik, selang-seling piroklastik jatuhan dan piroklastik aliran, juga sisipan endapan abu vulkanik. Endapan piroklastik di jalur Penanjakan maupun jalur Cemorolawang ini, menunjukkan fragmen tersusun oleh klastika dari bom-bom vulkanik, lapili, dengan matrik yang sangat pekat dari pasir-pasir vulkanik yang relatif berukuran butir kasar, dan bentuk butir runcing – agak runcing.
Gunung Bromo merupakan Tipe letusan Vulkano dengan jenis lava cair kental. Tekanan gas sedang hingga tinggi, kedalaman dapur magma dangkal sampai dalam. Letusannya terdiri atas hembusan gas magmatik disertai bom, lapili dan abu, vukanik letusan berbebtuk awan. Bunga kol leleran lava dari lubang kepundan.
Gambar 1.2 Kenampakan kawah Bromo, pada tepian mulut kawahnya nampak endapan tipis gas sulfur.
Menurut Zaennudin (1990), endapan vulkanik di sekitar kaldera Bromo Tengger yang terdiri dari stratifikasi dari aliran lava andesit, endapan freatomagmatik, lava basalt andesit berselang-seling dengan endapan piroklastik jatuhan maupun piroklastik aliran, telah terbentuk pada 2 kali periode letusan yaitu 130.000 – 144.000 tahun yang lalu pada kelompok endapan vulkanik bagian bawah dan 33.000 – 100.000 tahun yang lalu pada kelompok endapan vulkanik bagian atas. Susunan vertikal endapan vulkanik di kaldera Bromo Tengger tersebut merupakan fenomena kegunungapian yang sangat menarik, eksotik, dan spesifik pada suatu tipe gunungapi yang membentuk kerucut silinder dalam kaldera. Susunan vertikal endapan vulkanik Tengger tersebut nampak berupa lapisan pasir endapan freatomagmatik dan juga endapan piroklastik dari letusan Gunung Tengger Tua. Hubungan tipe berbagai endapan letusan Gunung Tengger Tua tersebut berada di sepanjang jalur wisata yang selama ini sudah berkembang antara dasar kaldera Tengger hingga ke Penanjakan. Jalan tersebut sering dilewati wisatawan yang melakukan perjalanan dengan kendaraan jeep.
Gambar 1.3 Kaldera Tengger
Gunung Bromo adalah bentuk lahan vulkanis, pada bagian tebingnya yang melingkar mengelilingi gunung-gunung pola alirannya adalah radial sentripetal yaitu dari banyak titik menuju satu titik yang lebih rendah. Pada gunung-gunungnya seperti gunung bromo dan gunung batok pola alirannya adalah radial sentrifugal yaitu dari satu titik yang lebih tinggi mengalir ke banyak titik yang lebih rendah.
Dari hasil pengendapan materialnya dapat diketahui bahwa letusan bromo memang terjadi berkali-kali. Dibuktikan dengan adanya sortasi pasir yang tidak teratur.
Gambar 1.4 Lokasi pengendapan terlihat jelas
Hidrologi
            Di kaki gunung bromo terdapat sungai yang hanya terisi air ketika mendapat debit ait yang cukup untuk dialirkan, fungsinya selain itu adalah untuk menampung lava ketika terjadi letusan gunung bromo.
Gambar 1.5 Lokasi sungai musiman sekaligus tempat aliran lava
Seperti kebanyakan daerah vulkanik, wilayah Desa Ngadisari yang berdekatan dengan Gunung Bromo memiliki tatanan air yang radikal, sehingga pada musim kemarau, persediaan air hampir tidak tersedia atau bahkan benar-benar kering. Hal ini dikarenakan air telah menggenangi semua permukaan tanah selama musim hujan menghilang dengan cepat dengan menembus lapisan bawah tanah. Persediaan air dalam tanah hanya di dapat dari air hujan, yang juga mengalir di antara gunung-gunung batu. Meskipun pada musim hujan, sungai di daerah batu vulkanik penuh, tapi begitu musim kemarau tiba, semuanya akan mengering.
Sumber air dari Desa Ngadisari adalah dari sungai dan kanal. Terdapat lebih dari 50 sungai dan 4 danau di dalam kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger_Semeru (TN-BTS). Danau-danau tersebut diantaranya adalah Ranu Darungan, Ranu Pane, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo. Dalam hal ini menunjukkan bahwa TN-BTS memiliki peran yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Keberadaan mata air TN-BTS dapat memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di desa-desa, dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan menghasilkan energi / tenaga listrik.

Iklim / Cuaca
            Gunung Bromo termasuk ke dalam daerah yang beriklim tropis seperti di daerah Tengger dan daerah-daerah yang ada di Indonesia, dengan curah hujan 2000 m/tahun dan suhu rata-rata harian 10°C-20°C. Iklim di situ memiliki kondisi yang berbeda antara musim penghujan dengan musim kemarau. Pada musim penghujan yang terdapat antara bulan Nopember sampai dengan bulan Maret , terjadi kelembapan udara rata-rata 80 % sehingga terasa sangat dingin, Suhu udara berubah-ubah, tergantung ketinggian, antara 3° – 18° Celsius. Sebaliknya pada musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai bulan Oktober cuaca agak bersih dari kabut, tetapi keadaan sering diganggu oleh debu yang bertebaran karena ditiup angin kencang. Pada musim ini biasanya pada malam hari temperatur terasa lebih dingin dibandingkan musim hujan. Mengenai kabut ini bisa berubah setiap saat, siang hari pun dapat terjadi kabut yang tebal dan suasana seperti malam hari.
Curah hujan berkembang didaerah tipe iklim Afa, Cfa dan Cw (Koppen), tipe hujan A, B, C (Schmidt dan Ferguson) dengan curah hujan tinggi antara 2500-7000 mm/tahun tanpa atau sampai dua bulan kering.

Penggunaan Lahan
Tanahnya berupa campuran tanah liat dan tanah padas yang termasuk jenis andosol. Terdapat di lereng-lereng gunung api. Tekstur batuan geluh berdebu. Struktur remah kelapisan bawah agak gumpal. Warna agak coklat kekelabuan hingga hitam. Bahan induknya abu atau tuff  vulkan. Konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembabannyapun tinggi. Porositas tanah sedang sampai tinggi. Permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi.. Kandungan bahan organik horison A adalah tinggi antara 10-30%. Solum agak tebal (1-2 m). Reaksi tanah masam sampai netral (pH 5,0-7,0). Keadaan tanah jenis tanah dan suhu udara sangat menentukan keberadaan jenis tumbuhan yang dapat tumbuh subur secara alami. Tumbuh-tumbuhan yang hidup didaerah ini sangat beragam, mulai dari tanaman keras dan besar sampai ke tanaman lunak dan tergolong kecil. Tanaman keras, seperti akasia, cemara gunung, sedangkan tanaman lunak termasuk jenis sayuran seperti kentang, kubis, wortel, jagung, ubi ketela, bawang putih, bawang prei, sawi dan tomat.


Mata Pencaharian Penduduk
Kompleks wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memberi peluang bagi penduduk sekitar untuk mencari lapangan kerja. Penduduk asli Pegunungan Tengger, masyarakat suku Tengger yang terkumpul di desa Ngadisari memanfaatkan Gunung Bromo sebagai objek wisata terkenal hingga ke mancanegara. Objek wisata ini tiketnya masuk sudah dipatok mulai Rp10.000,00 hingga Rp20.000,00. Para pengunjung yang datang juga telah disediakan tempat-tempat penginapan (hotel, villa) dengan harga yang bervariasi. Persewaan hartop dan kuda juga telah tersedia bagi pengunjung yang ingin melakukan pendakian. Harga sewa untuk satu hartop Rp450.000,00 sedangkan sewa kuda untuk sekali jalan (pulang-pergi) Rp100.000,00 Sarana transportasi angkutan khusus jeep dan kuda ini menjadi kebijakan Pemerintahan Desa Ngadisari sebagai masukan pendapatan masyarakat. Untuk mengatur kelancaran, ketertiban dan supaya tidak saling berebut penumpang serta tidak terjadi persaingan tarif angkutan, telah dibentuk Paguyuban dan ketetapan tarif sewa angkutan khusus ini. Untuk angkutan wisata kuda, lokasinya (daerah tujuan) Dusun Cemara Lawang – Gunung Bromo dan Poten (Lautan Pasir)- Gunung Bromo. Pada umumnya wisatawan yang akan ke Gunung Bromo naik kuda, meskipun sudah menyewa jeep setelah dari Pananjakan.
Selain menyewakan jeep, menyewakan hotel, dan menyewakan kuda, penduduk setempat juga berjualan minuman, makanan ringan, syal, dan sarung tangan, serta oleh-oleh khas bromo di sekitar gunung bromo.
Gambar 1.6 Penjual makanan dan orang yang menyewakan kuda

Potensi Bencana
            Potensi bencana pastinya adalah letusan gunung bromo karena gunung bromo adalah gunung aktif, selain itu bau belerang yang sangat menyengat di sekitar kawah berdampak pada pernafasan pengunjung.
            Potensi bencana longsor di area gunung bromo sangat mungkin terjadi karena material utama gunung bromo adalah pasir, apalagi banyak aktivitas manusia di atasnya yang memungkinkan terjadi erosi.
Gambar1.7 Hasil kenampakan erosi

Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Tiada gading yang tak retak,
saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.
Semua isi (foto dan teks) di dalam postingan ini memiliki hak cipta.
Biasakan menghargai karya orang lain dengan cara mengutip dengan cara yang benar.
----SEKIAN TERIMAKASIH----
:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar